Eksistensi permen dalam aktivitas klub Indonesia, terutama dalam Daratan Jawa, dilematis selama ditelusuri asal usulnya. Kita belaka bisa mengharapkan kayak yang diungkapkan Profesor Denys Lombard, yang menyapa daya hidup Belanda mulai diserap penduduk Nusantara sekitar pertengahan era ke-19 ketika berbilang priayi diangkat sebagai kepala dan mulai mengenyam edukasi Belanda. permen amat boleh jadi bagian dari gerak-gerik hidup itu. Pengelompokan makanan halus-halus yang manis, beralasan dari vokabuler kamus baku, siapa tahu bisa menolong meski enggak benar persis. kategori makanan ini disebut gula-gula. Dalam vokabuler kamus baku Bahasa Indonesia ciptaan Badudu-Zain, kata gula-gula bermakna macam-macam penganan atau manisan dari gula. Cakupan dalam kelompok ini benar-benar luas sekali, seluruh makanan yang berakar dari gula. Dalam bahasa Inggris istilah yang tepat untuk ini ialah confectionary. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut bonbon. Kembang gula sendiri dalam vokabuler kamus baku Bahasa Indonesia itu merupakan makanan yang terbuat dari gula. Orang Jawa menyebut makanan manis ini lebih singkat mbanggulo. Penjelasan ini pasti tidak memuaskan karena menjadi rancu dengan gula-gula di atas. Meski demikian, pencarian padanan kosakata ini dalam dalam bahasa Inggris menemukan istilah yang tepat mendapatkan ini merupakan candy, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut lollie. Jadi berdasarkan pemadanan itu, maka kembang gula merupakan salah satu jenis dari gula-gula. Bila dalam Indonesia dikenal ada nama gula-gula, maka sebenarnya gula-gula yakni salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Es Cendol Dawet Tepung Kata kembang gula sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, permen pedas karena ada kandungan minyak peppermint. Peppermint ialah senyawa aromatik yang berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis yang biasanya digunakan menurut memberi rasa pada makanan, pasta gigi, beserta obat- obatan. Orang Belanda menyebut makanan ini dengan sebutan peppermunt. Orang Indonesia, pertama orang Jawa, kemungkinan kesulitan demi mengatakan peppermint hingga muncul kata permen. Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi rancu karena semua makanan ringan yang manis dimasukkan dalam kembang gula, seakan-akan kembang gula jahe, kembang gula coklat, lalu kembang gula karet. Dengan memahami berbagai istilah itu, maka dugaan munculnya kembang gula dalam Nusantara terkait dengan pendirian pabrik gula. Pabrik gula pertama berada dalam Batavia, yang sekarang bernama Jakarta pada 1700-an. Pada tahun 1710 tercatat 131 penggilingan tebu dekat Batavia. Di wilayah bagian selatan Batavia didirikan pabrik gula yang masih jauh dari penggunaan mesin dan uap air panas buat produksi gula. Saat itu, pabrik gula digerakkan oleh tenaga kerbau atau manusia. Tenaga ini akan memutar dua silinder. Di tengah silinder itu dimasukkan tebu. Dari pemerasan ini dihasilkan cairan. Cairan ini kemudian dikeringkan dengan dimasak hingga menjadi kental. Kebab Daging Bekicot Tempur Dikirim ke India Barat (yang dimaksud ialah bagian barat India), dan kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat permen jahe alias candied ginger. da tiga kategori gula berdasarkan tingkat keputihannya. Gula kualitas pertama yang paling putih diekspor ke Eropa. Kualitas yang kedua dikirim ke India Barat (yang dimaksud yakni bagian barat India), maka kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat gula-gula jahe alias candied ginger. Kembali ke soal asal usul kembang gula alias permen. Buku kecil dengan tebal 34 halaman milik kolektor asal Semarang, Handoko, berjudul Atoerannnja Membikin Permen (Kembang Goela) karya orang yang bernama Radius yang terbit tahun 1936, bisa sedikit membantu pelacakan soal permen alias kembang gula. Dari klaim buku tersebut dengan menyebutkan “Boekoe-boekoe dalem bahasa Melajoe jang sanggoep menjokoepi itoe keinginan, toroet taoe kita sampe sekarang belon ada,” kita bisa berspekulasi industri kembang gula masih dikuasai kelompok elite yang paham bahasa Belanda. Industri permen belum menjadi industri rumahan. Dengan informasi itu pula, kita menebak teknologi permen dibawa oleh orang Belanda. Buku kecil ini juga menginformasikan jenis-jenis kembang gula yang ada saat itu, mulai dari bonbon, kembang gula strong pepermunt, grip, permen kenari, permen kopi, gula-gula busa, gula-gula gombal, bersama pastiles. Dari buku tersebut juga diketahui, saat itu sudah terjadi kerancuan istilah antara kembang gula bersama kembang gula. Kesulitan buat melacak juga akibat lingkaran makanan ini menjadi rancu karena banyak variasi produk jenis ini. Dalam kalangan orang Jawa dikenal berbagai makanan bersumber dari gula, penaka kembang gula, kembang gula, gulali, bonbon, manisan, harum manis, loli, lalu ting-ting. Permen Jahe / Tingting Jahe Labelnya yang bergambar rimpang jahe serta bagian tepinya ada kotak-kotak kecil biru-putih makin mengingatkan orang pada permen yang masih dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Penulisan merek dagang “Paberik Kembang Gula, SINA, Pasuruan” makin memastikan gula-gula ini permen “masa lalu”.
Coklat Wanita Malam Penggoda SINA ialah produsen permen ini, yaitu PT Sindu Amrita. gula-gula jahe memang merupakan gula-gula yang tergolong kuno. Berbicara kembang gula ini bukan sahaja berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan tahun. Setidaknya gula-gula ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan, pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 10.000 pon (atau sekitar 5.000 kilogram) produk yang disebut candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari pada Eropa karena menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi. Gula Asam Kembang gula yang lain yang tergolong tua ialah kembang gula asem. Baca juga artikel Makanan Yang Berupa Aneh Tetapi Mempunyai Cita Rasa Yang Enak Catatan tentang kembang gula ini masih sangat sedikit. Akan tetapi, keberadaan pohon asem sendiri menarik banyak perhatian para pelancong dari Barat ketika berada di Nusantara. Selain John Joseph Stockdale yang mencatat keberadaan pohon asem itu merupakan Albert S Bickmore, pengelana asal Amerika Serikat, dalam buku Travels in The East Indian Archipelago (1868). Bickmore memang tidak menceritakan soal kembang gula asem itu, tetapi ia bercerita tentang banyaknya pohon asem dekat pinggir jalan yang digunakan untuk peneduh dekat sepanjang jalan pada Surabaya. Sejumlah jalan pada banyak kota, bahkan di Jakarta, masih ditemukan keberadaan pohon asem ini. Pohon asem yang melimpah itu kemungkinan mengilhami orang buat membikin kembang gula asem. Hingga sekarang kita masih bisa menemui kembang gula asem ini dari yang tradisional, yaitu gula dicampur asem, kita bisa merasakan kekasaran gulanya, hingga yang sudah berupa kembang gula cetakan.
0 Comments
|